Peta Pilgub Jatim 2008 dan Potret Kontestasi 2013

o O o
Surabaya, (wartadesainfo) ; - Dari segi ekonomi, Jawa Timur merupakan wilayah yang secara ekonomi mengalami kemajuan bahkan di bilang maju, dan secara politik cenderung sangat dinamis. Provinsi ini memiliki 30 kabupaten dan 8 kota, jumlah penduduknya sekitar 38 juta (2007). Dengan jumlah penduduk relatif besar tersebut, dinamika politiknya membuat pemilihan gubernur (pilgub) Jatim menarik untuk dikaji.
Munculnya lima pasangan calon dalam Ppilgub Jatim 2008 lalu memberikan pilihan yang relatif banyak kepada masyarakat. Meskipun Wakil Gubernur (Soenarjo) dan Sekda Jatim (Soekarwo) ikut dalam pilgub Jatim 2008, hasil akhir pilgub putaran pertama menunjukkan bahwa keduanya tak mampu mendominasi suara pemilih.

Soekarwo-Saifullah Yusuf (KarSa) berada pada posisi teratas dengan 26,44 persen suara, Khofifah Indar Parawansa-Mudjiono (Kaji) di posisi kedua dengan 24,82 persen suara, Sutjipto-Ridwan Hisjam (SR) di posisi ketiga dengan 21,19 persen suara, Soenarjo-Ali Maschan Moesa (Salam) di posisi keempat dengan 19,34 persen suara, dan Achmadi-Suhartono (Achsan) di posisi kelima dengan 8,21 persen suara.
Dengan komposisi perolehan suara seperti itu, pilgub Jatim harus dilaksanakan dua putaran, yang diikuti oleh KarSa dan Kaji. Putaran kedua pilgub yang dilaksanakan tanggal 4 November 2008 menarik untuk dikaji, khususnya berkaitan dengan peran aktor: siapa melakukan apa dengan mengandalkan modal apa untuk melakukan perannya tersebut. Aktor-aktor, baik dari partai politik, birokrasi maupun pengusaha, media massa, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan organisasi masyarakat (ormas) tampak sibuk. Mesin partai relatif bekerja dibandingkan dengan pilgub putaran pertama.
Hal tersebut ditunjukkan dengan meningkatnya suara pasangan Khofifah Indar Parawansa-Mudjiono (Kaji) pada putaran kedua, setelah PDIP bergabung dan menyokong Khofifah, suara antarkeduanya tidak terpaut jauh. Hasil rekapitulasi 38 KPU kabupaten/kota menunjukkan bahwa pasangan Kaji mendapatkan suara 49,8 persen dan Soekarwo-Saifullah Yusuf (Karsa) 50,2 persen. Kaji menang di 16 kabupaten/kota dan Karsa menang di 22 kabupaten/kota. Ini berarti Karsa menang 0,4 persen.
Sedikit mencengangkan memang hasil pilkada Jawa Timur 2008. Berdasar hasil quick count tiga lembaga survei menyatakan pasangan Kaji unggul dari Karsa. Sekalipun quint count bukan acuan utama penetapan pemenang dalam sebuah pilkada, tapi itu bisa menjadi sejarah di Indonesia. Untuk pertama kalinya hasil quick count dari tiga lembaga survei salah bersamaan, dan penghitungannya berbanding berbalik dengan hasil penghitungan KPU Jatim.
Ketiga quick count pada putaran kedua Pilkada Jawa Timur 2008 adalah, Lembaga Survei Indonesia dengan hasil pasangan Kaji mendapat suara 50,44 persen, dan Karsa 49,56 persen. Lingkaran Survei Indonesia hasilnya, pasangan Kaji 50,76 persen dan Karsa 49,24 persen. Yang terakhir, Lembaga Survei Nasional dengan hasil pasangan Kaji 50,71 persen dan Karsa 49,29 persen.

Sementara hasil penghitungan manual KPU Jawa Timur, pasangan Karsa mendapat 7.729.944 suara atau 50,20 persen, dan pasangan Kaji mendapat 7.669.721 suara atau 49,80 persen. Perolehan hanya selisih 60.223 suara atau 0,4 persen, dan 506.343 suara dinyatakan sebagai tidak sah.
Hasil inilah yang lantas menuai protes tim Kaji dengan mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK). Sampai akhirnya MK mengabulkan gugatan dengan menggelar pemilihan ulang di Bangkalan dan Sampang, Madura, serta hitung ulang di Pamekasan. Hanya saja, hasil pemilihan dan hitung ulang tetap memenangkan pasangan Karsa atas Kaji.
Bagaimana dengan suara parpol Islam? Dalam dua kali pemilu di Jatim sejak tahun 2004 dan 2009, partai-partai yang mengklaim berbasis Islam, memetik suara yang terus menurun. Dalam pemilu 2009, dari pemilih Jatim sebesar 29.245.722 orang, PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) yang mengklaim basisnya pengikut NU hanya memperoleh 1.996.129 suara. Ketika itu, PKB sudah tidak dipimpin Gus Dur.
Sementara ketika pemilu legislatif 2004, ketika Gus Dur masih memimpin, perolehan suara PKB Jawa Timur masih tinggi yaitu 5.566.245 orang. Sementara PPP (Partai Persatuan Pembangunan), dalam Pemilu 2004, suara di Jatim menyumbang 1.337.313 orang. Ternyata dalam pemilu 2009, Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PPP Jatim hanya memperoleh suara 763.349 orang.
Pada pemilu 2004 dan 2009 muncul dua partai baru yang juga berbasis Islam yaitu Partai Persatuan Nahdlatul Umat Indonesia (PPNUI). Dalam Pemilu 2004, partai ini mendulang suara sebesar 150.681. Tapi dalam pemilu 2009, dengan nama PKNU (Partai Kebangkitan Nasional Ulama), DPW PKNU Jatim, meraih 872.599 suara.
Sedangkan PAN (Partai Amanat Nasional) partai berbasis agama Islam yang disebut-sebut disokong oleh tokoh-tokoh Muhammadiyah, meski dalam dua kali pemilu suaranya menurun, tapi penurunannya tidak sedrastis perolehan suara PKB dan PPP.
Dalam Pemilu 2004, PAN Jatim memetik suara 994.647 orang. Dalam Pemilu 2009, perolehan suara PAN Jatim menurun sedikit yaitu tinggal 870.765 suara. Sedangkan DPW PKS (Partai Keadilan Sejahtera) Jatim, justru mengais suara yang meningkat. Dalam pemilu 2004 hanya mendapat 576.656 suara, pemilu tahun 2009 naik menjadi 810.291.
Partai Bulan Bintang (PBB) yang disebut-sebut dirintis oleh pengikut Masyumi, perolehan suara dalam dua kali pemilu, meski menurun, tetapi tidak sedrastis perolehan suara PKB maupun PPP. Dalam Pemilu 2004, DPW PBB Jatim didukung 336.668. Baru pada pemilu 2009, suara perolehan DPW PBB Jatim menurun tinggal 217.425 suara. Sementara PBR (Partai Bintang Reformasi) Jatim, dalam pemilu 2004 mendapat 249.682 suara, tapi pemilu 2009, pemilih yang memberi suara tinggal 165.743.
Dalam pemilu legislatif 2009, secara nasional, suara PKS lebih tinggi dari perolehan suara PAN, PPP dan PKB. Pemilu 2009 yang lalu, suara yang diperoleh PKS mencapai 8.206.955 (7,88 persen); PAN 6.254.580 suara (6,01 persen), PPP, 5.533.214 (5,32 persen) dan PKB memetik suara 5.146.122 (4,94 persen).

###