Pendidikan


Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini


Budaya kekerasan yang mengepidemi siswa-siswa sekolah, belakangan ini, sangat memprihatinkan semua kalangan seperti tawuran hingga pembunuhan, kebiasaan nyontek,  seks bebas, juga (ada informasi) arisan berhadiah pelacur. Berbagai kasus tak pantas tersebut mengisyaratkan bahwa moral anak didik kita sedang mengalami gawat darurat. Kaum pelajar yang kelak diharapkan menjadi penentu sejarah bangsa, justru akrab dengan aksi-aksi tak sedap di mata publik.

Sementara di sisi lain, perkembangan teknologi sungguh pesat yang membuat anak-anak begitu akrab dengan permainan-permainan canggih. Namun rupanya kemajuan teknologi amat sedikit memberikan pengaruh positif bagi anak-anak. Dengan bermain video game atau games on live (dalam internet) anak-anak tumbuh menjadi manusia individual, kompetitif, dan lingkungan sosialnya terbatas.

Belum lagi tontonan televisi sering kali menebarkan “virus” yang tak kalah mengerikan melalui film-film kekerasan serta sinetron yang membodohkan. Banyak kasus kriminal yang dilakukan anak-anak dan remaja di negeri ini akibat efek negatif dari kemajuan teknologi. Bahkan, hampir semua guru mengeluhkan bahwa sekarang adalah masa-masa paling sulit untuk mendidik siswa-siswa di sekolah.

Pendidikan anak usia dini (early childhood education) atau PAUD merupakan salah satu langkah strategis demi menghindari kemungkinan permasalahan di atas terus berkelanjutan. Melalui PAUD diharapkan dapat membangun moral dan karakter peserta didik sedini mungkin.

Mulyasa tampak galau betul melihat peserta didik kita, belakangan, seolah identik dengan berbagai perilaku buruk dan nyeleneh. Guru Besar Universitas Islam Nusantara Bandung ini menawarkan pembenahan karakter anak didik melalui lembaga PAUD. Menurutnya, keberhasilan seseorang dalam menempuh pendidikan dasar, menengah, dan tinggi sangat ditentukan oleh apa-apa yang diperoleh di PAUD.

Karena itu, misi terpenting PAUD adalah mengupayakan layanan pendidikan bagi seluruh anak di Indonesia tanpa terkecuali dalam rangka membentuk manusia Indonesia seutuhnya yaitu insan yang beriman, bertakwa, disiplin, mandiri, inovatif, kreatif, memiliki kesetiakawanan sosial yang tinggi, berorientasi masa depan, serta mempunyai kesadaran bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Untuk memenuhi hajat itulah, buku Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini ini diterbitkan. Buku yang dikembangkan dalam berbagai situasi di sejumlah daerah ini layak dijadikan pedoman oleh para pelaksana di lapangan, khususnya guru, calon guru, kepala sekolah, pengawas, dan tenaga kependidikan lainnya yang peduli terhadap pendidikan anak usia dini.

Buku setebal 268 halaman ini terdiri dari sepuluh bab yang mencakup pendahuluan, mengenal dan memahami anak usia dini, manajemen pengembangan karakter anak usia dini, manajemen pengembangan kreativitas anak usia dini, perencanaan pendidikan anak usia dini, manajemen pembelajaran anak usia dini, bermain sebagai pembelajaran anak usia dini, manajemen penilaian anak usia dini, dan diakhiri dengan penutup.

Penulis dalam kata penutup berpesan, pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, orang tua, dan masyarakat. Itu sebabnya, anak-anak usia dini yang tidak terlayani di lembaga PAUD merupakan tanggung jawab keluarga. Karena itu, dalam buku ini, orang tua juga harus menjadi sasaran manajemen, sehingga mereka dapat memberikan pengasuhan dengan baik, tepat, dan efektif.

Dengan bahasa yang mudah dicerna serta dilengkapi berbagai teori perkembangan anak dari banyak ahli, buku ini bisa digunakan sebagai acuan dalam penyusunan kurikulum dan silabus (rencana pembelajaran) pada tingkat satuan pendidikan anak usia dini. Alhasil, seperti penganjur lainnya, buku ini perlu dimilki para pendidik yang berminat mendirikan PAUD dalam rangka mencetak generasi yang tidak cuma pandai berfikir, tetapi juga cerdas dari sisi karakter.

Peresensi: Ahmad Fatoni