Libatkan Perbankan Untuk Kembangkan Pertanian Jatim



Pakde Karwo  
JATIM, (wart@ desa) ; Peran perbankan perlu dilibatkan untuk mengembangkan pertanian di Jatim baik saat onfarm maupun pasca panen. Dalam hal ini, perbankan seperti Bank UMKM Jatim perlu  membiayai petani melalui kredit atau melalui linkage program. Selama ini, perbankan belum banyak menyentuh pertanian. Yang dapat dilakukan seperti membiayai para petani dengan memberikan kredit. Ini perlu dilakukan mengingat bahwa darahnya pembangunan adalah uang, tulang punggunya adalah industri, salah satunya yakni pertanian. 
Hal tersebut disampaikan Gubernur Jawa Timur Dr. H. Soekawo saat Pekan Daerah (PEDA) Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 di Alun-alun Kab. Jombang, Selasa (22/4).

Di depan ribuan petani, Pakde Karwo sapaan akrab Gubernur Jatim mengatakan, peranan perbankan dan keuangan harus dapat bersinergi dengan pertanian baik onfarm maupun pasca panen. Jika keduanya saling berkaitan akan meningkatkan pertanian di Jatim, serta menjadikan Jatim raksasa ekonomi di Indonesia. 
Ia menjelaskan, tugas pemerintah yakni mengalirkan uang murah seperti kredit murah dalam proses produksi baik saat produksi onfarm maupun pasca panen. Langkah tersebut dapat dilakukan melalui lembaga keuangan seperti Bank UMKM Jatim, koperasi, dan sebagainya. ``Harus ada uang murah yang mengalir ke masyarakat. Uang tersebut harus dikontrol agar mereka dapat membayar tepat waktu melalui sistem perbankan. Jalan pada sistem bank. Jangan sampai pemerintah yang ikut menagih,`` tegas Pakde Karwo. 
 Pakde Karwo mengapresiasi penyelenggaraan PEDA di Jombang kali ini karena lebih banyak ditekankan pada proses interaksi dan proses belajar di lapangan atau klaster-klaster pertanian, peternakan, dan perkebunan. Pola ini bisa diterapkan sebagai model penyelenggaraan Pekan Nasional (PENAS) KTNA 2014. ``Dengan model seperti ini, para kontak tani akan memperoleh kesempatan yang lebih banyak untuk menggali pengalaman kepada sesama petani,`` ujarnya. 
Selain itu, Pakde Karwo menyambut baik 3 (tiga) sukses yang sudah dicanangkan oleh KTNA Jawa Timur. Diantaranya, pertama sukses alih pengetahuan, teknologi, dan informasi. Kedua, sukses membangun kelembagaan dan jejaring agribisnis. Ketiga, sukses menumbuhkan ekonomi kerakyatan berbasis pertanian. Jika tiga misi ini bisa difasilitasi melalui penyelenggaraan PEDA, Pakde Karwo yakin PEDA KTNA di Jatim ini akan menjadi rujukan dan contoh bagi KTNA-KTNA se-Indonesia. ``Ketiga sukses ini harus berjalan seimbang agar pertanian di Jatim semakin meningkat,`` ujarnya. 
Ia berharap, melalui penyelenggaraan PEDA KTNA ini ada masukan dan rekomendasi kepada pemerintah baik pusat maupun daerah terkait kebijakan yang lebih berpihak kepada petani. Selain itu, PEDA KTNA Jatim 2013 ini bisa menjadi sarana untuk mewujudkan kebedayaan dan kesejahteraan para petani. 
Pak De Karwo memaparkan kondisi agribisnis dan pertanian di Jatim dihadapan peserta PEDA KTNA. Jatim telah dikenal sebagai gudangnya agribisnis di tingkat nasional. Kontribusinya sangat signifikan untuk produksi pertanian di tingkat nasional, diantaranya padi sebesar 17 persen, jagung sebesar 31 persen, kedelai sebesar 37 persen, gula sebesar 42 persen, susu sebesar 51 persen, dan telur sebesar 18 persen. 
Berdasarkan data BPS, nilai tukar petani (NTP) Jatim selama lima tahun mengalami peningkatan. Tahun 2008, NTP Jatim mencapai 100,42. Tahun 2009, NTP Jatim mencapai 98. Tahun 2010, NTP Jatim mencapai 98,74. Tahun 2011, NTP Jatim mengalami peningkatan menjadi 101,6. Peningkatan NTP Jatim kembali terjadi pada tahun 2012 mencapai 102,16.  
Menurutnya, NTP telah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, namun kesejahteraan petani harus terus diupayakan. Hal ini dilakukan mengingat jumlah petani adalah proporsi terbanyak dari keseluruhan jumlah penduduk di Jatim. ``Kalau kita bisa menyejahterakan petani, artinya kita menyejahterakan lebih banyak orang,`` jelasnya. 


Pak De Karwo memaparkan kondisi agribisnis dan pertanian di Jatim dihadapan peserta PEDA KTNA. Jatim telah dikenal sebagai gudangnya agribisnis di tingkat nasional. Kontribusinya sangat signifikan untuk produksi pertanian di tingkat nasional, diantaranya padi sebesar 17 persen, jagung sebesar 31 persen, kedelai sebesar 37 persen, gula sebesar 42 persen, susu sebesar 51 persen, dan telur sebesar 18 persen.
Berdasarkan data BPS, nilai tukar petani (NTP) Jatim selama lima tahun mengalami peningkatan. Tahun 2008, NTP Jatim mencapai 100,42. Tahun 2009, NTP Jatim mencapai 98. Tahun 2010, NTP Jatim mencapai 98,74. Tahun 2011, NTP Jatim mengalami peningkatan menjadi 101,6. Peningkatan NTP Jatim kembali terjadi pada tahun 2012 mencapai 102,16.Menurutnya, NTP telah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, namun kesejahteraan petani harus terus diupayakan. Hal ini dilakukan mengingat jumlah petani adalah proporsi terbanyak dari keseluruhan jumlah penduduk di Jatim. ``Kalau kita bisa menyejahterakan petani, artinya kita menyejahterakan lebih banyak orang,`` jelasnya. Pakde Karwo menambahkan, petani sekarang ini sudah mulai membeli alat-alat pertanian (harvester) seperti alat pemotong untuk mengurangi kekurangan pada gabah. Jika selama ini tanpa bantuan alat pertanian terdapat kerugian sebanyak 12 persen. ``Pemprov Jatim akan menghibahkan alat pemotong kepada para petani di Jatim. Jika petani mendapat bantuan alat tersebut, maka kerugian tinggal 2 persen. Sehingga ada efisiensi sebanyak 10 persen,`` jelasnya.Menurutnya, kemajuan dalam pertanian seperti ini telah membuat Jatim menjadi generator (power house) pembangunan agro di Indonesia.
Tahun 2012, padi gabah kering giling Jatim mencapai 12,2 juta ton, menjadi beras 7,9 juta ton, sedangkan untuk dikonsumsi masyarakat Jatim sebanyak 3,4 juta ton. Sehingga Jatim mengalami surplus beras. Lebih lanjut disampaikannya, Pemprov Jatim berpihak kepada para petani dan mendukung semua upaya untuk membangun jaringan usaha antar petani. Beberapa langkah dilakukan untuk hal tersebut yakni adanya perwakilan dagang di daerah-daerah di Indonesia, kegiatan pasar lelang, dan Pasar Induk Puspa Agro. ``Ini semua disediakan untuk para petani. Tujuannya adalah untuk memperkuat jaringan usaha,`` tegasnya.  Pada kesempatan yang sama, Ketua KTNA Jatim Drs. H. Suyanto, MM mengatakan, PEDA KTNA adalah ajang pertemuan petani nelaya Jatim yang diselenggarakan sebagai media komunikasi dan kerjasama antar kotak tani.
``Forum ini akan menjadi ajang transfer informasi, teknologi, fasilitasi, dan penguatan jejaring agribisnis,`` kata Bupati Jombang itu. Lebih lanjut disampaikannya, kegiatan ini diselenggarakan tanggal 22-26 April 2013, yang diikuti peserta dari 38 kabupaten/kota se-Jatim. Peserta utama PEDA KTNA adalah para petani nelayan, pemuda tani nelayan, wanita tani nelayan, koperasi dan asosiasi tani nelayan. Ia menjelaskan, ada 10 klaster di Jombang yang menjadi tempat studi banding bagi peserta PEDA KTNA. Sebagai contoh klaster agribisnis sengon dan pembibitan buah, klaster sapi potong, klaster tembakau, dan klaster ikan lele.
Untuk memeriahkan acara, terdapat stan untuk UMKM dan stan untuk perwakilan KTNA dari 38 kabupaten/kota se-Jatim.


# (Humas Setdaprov. Jatim).