Masigit Selo Atau Goa Masjid
Goa Masigit Selo |
Ruang di dalamnya
melengkung mirip kubah masjid yang dihiasi banyak stalaktit. Apalagi di bagian
barat terdapat celah kecil mirip ruang imam yang menghadap kiblat.
Di ruang lain juga terdapat mata air mirip tempat
wudlu. Sehingga lengkap sudah syarat-syaratnya sebagai sebuah masjid alam.
Apalagi kini di pintunya dipasang sebuah bedhug.
TETAPI lepas dari anggapan gua itu sebuah masjid,
gua yang sudah berumur ratusan tahun tersebut hingga kini terkenal dengan nama
Gua Masigit Sela. Kini gua itu dijadikan salah satu objek wisata spiritual
andalan Kabupaten Cilacap.
Pada hari-hari tertentu, misalnya Jumat Kliwon,
Selasa Kliwon dan juga pada hari-hari besar Islam, gua itu banyak dikunjungi
orang dari berbagai daerah. Tujuan mereka jelas ngalap berkah dan menenangkan
diri setelah dihadapkan pada ruwetnya permasalahan hidup. Biasanya, pengunjung
mempunyai keinginan tertentu menginap selama 6 hari 6 malam di Gua Masigit
Sela.
Namun begitu, dengan jangka waktu tersebut belum
tentu pengunjung mendapatkan suatu petunjuk yang menggembirakan berkaitan
dengan keinginannya. Bila demikian, maka mereka akan memperpanjang lagi ngalap
berkahnya, karena mereka merasa optimis suatu saat upayanya akan mendapatkan
berkah dari yang Maha Kuasa, meski upayanya baru didapatkan pada hari-hari
berikutnya.
Diakui Mang Jajang salah satu jurukunci Gua
Masigit Sela, tidak semua pengunjung bisa langsung mendapatkan wangsit selama
melaksanakan laku tirakatan di gua tersebut, meski sudah mencapai 40 hari.
Namun dengan modal keyakinan permintaannya akan dikabulkan setelah mereka
kembali ke kampung halamannya, mereka tetap nekad pulang dengan tangan hampa.
Hal itu diakui sejumlah pengunjung yang kini telah meraih sukses usahanya.
Ngalap berkah di Gua Masigit Sela Nusakambangan,
diketahui hingga kini tidak ada tuntunannya yang baku. Pengunjung tetap bebas
melakukan laku tirakatan sesuai dengan kemauannya, atau mengikuti suatu aturan
tertentu jurukunci yang mereka tunjuk. Karena di Gua Masigit Sela tidak
mengenal satu jurukunci.
Sehingga dalam proses ngalap berkah di Gua
Masigit Sela terkadang terjadi suatu perpaduan antara yang mengandung unsur
klenik dan agamis. Kendati demikian, akibat maraknya pengunjung yang mendatangi
gua tersebut, maka di dalam gua tersebut banyak ditemui pedupan (suatu gundukan
dari hasil bakar kemenyan). Salah satunya di sekitar mulut gua.
Gua Masigit Sela diakui memiliki berbagai
keindahan stalaktit dan stalaknit. Salah satunya stalaknit yang berada di sisi
kiri ruang dalam dari mulut gua. Stalaknit itu berwarna kuning emas dan
berbentuk memanjang menyerupai sebuah kasur yang tergelar. Barangkali karena
kemiripan kasur itulah, orang menyebutnya sebagai kasurnya Nabi Sulaiman.
Tak jauh dari Kasur Nabi Sulaiman, terdapat
sebuah stalaknit dekat sebuah mata air. Karena stalaknit itu membentuk cekungan
berdiameter sekitar 30 cm dan mirip sebuah tempayan, maka stalaknit itu dikenal
sebagai pedaringan punggawa (tempayan laskar), konon mata air itu sering
digunakan untuk mandi para punggawa Aji Saka.
Sedang dibalik dinding batu yang memisahkan ruang
pedaringan punggawa dengan ruangan lainnya terdapat sebuah tiang yang terbentuk
oleh stalaktit dan stalaknit dengan lebar lingkar antara 60-75 cm. Para
pengunjung mengenalinya sebagai tempat persemedian Aji Saka. Konon jika
pengunjung bisa melingkarkan kedua tangannya secara penuh ketika memeluk tiang
Aji Saka itu, maka keinganannya akan dikabulkan.
Belum diketahui secara pasti tentang sejak kapan
Gua Masigit Sela itu dijadikan wisata spiritual. Namun dari petunjuk prasasti
yang tertempel di sebelah kanan mulut gua itu, maka bisa diyakini gua itu ramai
dikunjungi orang sejak zaman raja Solo Paku Buwono X atau sejak daerah sekitar
gua tersebut masih merupakan bagian dari perairan Segara Anakan.
Sejalan dengan perkebangan zaman, Gua Masigit
ternyata tetap ramai dikunjungi orang, termasuk pula sejumlah pejabat Kehakiman
pada zaman kemerdekaan. Hal itu dikuatkan dengan sebuah prasasti yang menempel
di dinding sebelah kiri mulut gua. Konon para pejabat yang datang sangat
berharap memperoleh jabatan yang enak dan terus menanjak karirnya. Jurukunci
Mang Ojo pun mengakui, hingga sekarang masih ada sejumlah pejabat pusat maupun
daerah yang mendatangi gua tersebut, karena menginginkan jabatan yang enak.
Kendati demikian, dari sejumlah pejabat itu meminta agar keberadaannya
dirahasiakan.
Untuk menjangkau objek wisata spiritual itu boleh
dibilang mudah. Meski untuk bisa menjangkau kesana, harus menggunakan perahu
dari Cilacap. Bisa menggunakan perahu carteran maupun menggunakan kapal
penyebrangan Cilacap-Majingklak (Ciamis). Bagi pengunjung yang menggunakan
kapal penyebrangan, turun di Motean (Kampung Laut) dan disambung dengan perahu
jukung atau compreng penduduk setempat.
Sumber : pos metro balikpapan.
Tags:
Sejarah