Pengendalian Penyakit Pada Tanaman Kakao

foto : kakao yang terkena penyakit
wartadesainfo - Produksi kakao di Indonesia dihasilkan dari perkebunan besar negara, swasta (di Sumatera dan Jawa) dan perkebunan rakyat. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan, lebih dari 80 % produksi kakao kita berasal dari perkebunan rakyat, yang umumnya baik jumlah maupun kualitasnya masih belum optimal, karena masih menggunakan cara-cara yang tradisional. Maka untuk meningkatkan produksi dan kualitas kakao Indonesia, diperlukan pembinaan secara terus menerus khususnya pada para petani, terutama. dalam teknologi budidaya kakao yang baik antara lain melalui pengendalian penyakit tanaman kakao.
Agar tanaman kakao dapat berproduksi secara optimal, sebaiknya harus dilakukan pengendalian terhadap berbagai gangguan peyakit yang menyerang tanaman, seperti : 1) penyakit busuk buah dan kanker batang (Phytopthora palmivora); 2) penyakit antraknose (Colletotrichum gloeosporiodes); 3) penyakit Vascular Streak Dieback (VSD); 4); penyakit Cocoa Swolen Shoot Virus (CSSV); dan 5) penyakit Monila Pod Rod.

Cara pengendalian penyakit pada tanaman kakao

Penyakit busuk buah dan kanker batang (Phytopthora palmivora). Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan cara : 1) mengurangi kelembab-an kebun dengan cara memperbaiki drainase, mengurangi naungan, membrantas gulma dan melakukan pemangkasan; 2) Buah-buah yang busuk diambil secara teratur misalnya empat hari sekali dan buah tersebut harus dikubur sedalam 30 cm; 3) kanker batang dapat dikendalikan dengan mengupas kulit yang sakit sampai pada batasan yang sehat, kemudian bagian tersebut diolesi dengan fungsida Cupravit (tembaga oksida), Copper Sandos (tembaga oksiklorida) dengan konsentrasi 5-10% formulasi; 4) penyakit buah busuk dapat dikendalikan dengan penyemprotan fungisida Copper Sandos, Cupravit dan Rocide (tembaga oksida, tembaga oksiklorida, tembaga hidroksida), dengan konsentrasi 0,3% formulasi. Penyemprotan menggunakan alat semprot knapsack sprayer dengan volume semprot 500 liter/ha dengan interval dua minggu. Pada musim hujan diperlukan 4-6 kali penyemprotan.

Penyakit Antraknose (Colletotrichum gloeosporiodes), pengendalian penyakit ini dilakukan dengan cara : 1) pemangkasan ranting sakit dan pemetikan buah sakit, kemudian dikubur dalam tanah. 

Pelaksanaan dapat dilakukan bersamaan saat pemangkasan, pemanenan, maupun pada saat pengambilan buah busuk karena Phytopthora palmivora; 2) pemberian pupuk kandang sekitar 25 kg per pohon dan pemupukan secara berimbang; 3) pemberian penaung yang cukup yaitu sekitar 25% untuk tanaman dewasa. Bila menggunakan pohon lamtoro yang tahan kutu loncat, maka populasi minimum 250 pohon/ ha; 4) melakukan penyemprotan dengan fungisida yang dianjurkan yaitu fungisida sportak (prokloras) dengan konsentrasi 0,3% formulasi atau dengan belerang sirus dengan dosis 15-20 kg/ha. Penyemprotan diarahkan pada flush yang masih berukuran sekitar 5 cm. Bila tanaman sudah tinggi, maka alat semprot perlu menggunakan tangkai panjang. Belerang diaplikasikan pagi hari pada saat masih ada embun. Pada setiap periode flush, dilakukan 2-3 kali penyemprotan dengan interval satu minggu.

Penyakit Vascular Streak Dieback (VSD), penyakit ini dikendalikan dengan cara : 1) memotong ranting dan cabang tanaman yang terserang sampai bagian yang masih sehat (sekitar 30cm dari batas gejala garis-garis cokelat pada jaringan yang tampak). Selanjutnya ranting atau cabang yang telah dipotong dibakar atau dipendam dalam tanah; 2) mengurangi kelembaban kebun antara periode flush pada musim hujan dengan cara pemangkasan tanaman kakao, tanaman penaung dan memperbaiki saluran drainase.

Penyakit Cocoa Swolen Shoot Virus (CSSV), penyakit ini dikendalikan dengan cara : 1) memotong atau memusnahkan tanaman yang terinfeksi; 2) menanam bibit yang tahan CSSV seperti Amazone; 3) melakukan karantina dan sanitasi tanaman secara ketat.

Penyakit Witchers Broom Diseases (WBD), penyakit ini dikendalikan dengan cara : 1) memotong cabang sepanjang 15 cm dari bagian yang terinfeksi kemudian memusnahkannya dengan cara dibakar; 2) membuang buah muda maupun dewasa yang berbecak/ terserang WBD dan memusnahkannya; 3) menanam bibit yang tahan WBD seperti Sea 6 dan Sea 12 serta hibridanya yang disilangkan dengan ICS 60.

Penyakit Monila Pod Rod, pengendalian penyakit ini dilakukan dengan menyemprotkan insektisida yang mengandung tembaga dan sulfur kearah buah yang masih mengalami bercak kecil. Penyemprotan dilakukan satu kali setiap 10 - 14 hari. Untuk pencegahannya dapat dilakukan dengan cara sanitasi areal pertanaman dan perumpisan buah terinfeksi. (*)



@ Deptan RI